Dhammasena Photo Gallery

Pekan Penghayatan Dhamma XXX

Pekan Penghayatan Dhamma XXX (20-24 Desember 2014)

Halo teman-teman semuanya! Tidak terasa kegiatan Pekan Penghayatan Dhamma sudah dilaksanakan untuk yang ke-30 kalinya lho.. Nah pingin tahu apa aja yang udah dilakuin & momen special dari kegiatan PPD ke 30 kita kali ini? Check it out!

Jam menunjukkan pukul 16.00, semua peserta PPD sudah siap berbaris di depan sekret DS kita tercinta. Ibu Humas tampak sibuk mengabsen dan tampak antusiasme peserta yang bersemangat untuk mengikuti PPD kali ini. Di tengah pengabsenan, salah satu pembimbing kegiatan kita yaitu Romo Pandita Jimmy Luminto hadir. Setelah selesai absen, kita melakukan sesi foto bareng dengan beliau dengan berbagai macam gaya (berhubung pembimbing kita asik ^^).

Setelah itu, dilakukan marching ke bus yang dipimpin oleh Kapanpel dan Humas. Peserta diabsen kembali di dalam bus dan duduk di tempatnya masing-masing. Nah, ada sebuah hal unik yang terjadi pada saat keberangkatan kita, sempat terjadi insiden kunci nyangkut. Jadi, sebelum keberangkatan Pak Kapanpel berniat untuk mengecek kembali sekret apakah ada barang tertinggal atau tidak, ketika sudah clear dan berniat untuk mengunci sekret, apesnya kunci tidak dapat ditarik keluar. Karena hal ini keberangkatan sempat tertunda dan Pak Supir Bus pun sempat turun tangan. Berbagai macam obeng, tang, hingga mantra Koko Sakti DS pun tidak mempan untuk menarik kunci tesebut. Alhasil salah satu Koko Kece pun kembali ke kosan untuk mengganti dengan kunci yang baru dan taraa, pintu pun kembali seperti semula ?. Well, pastinya ini tidak menurunkan semangat kami untuk mengikuti PPD kali ini!

Perjalanan cukup panjang dengan waktu tempuh sekitar 5 jam mengingat kondisi lalu lintas Jakarta-Puncak yang padat di akhir pekan. Peserta juga saling mengenal dan bersenda gurau (ada alumni yang ikut juga lho). Kita juga berhenti di rest area Km 30 untuk beristirahat dan makan sore. Setelah itu perjalanan dilanjutkan dan ketika bus memasuki area Puncak, terasa hawa sejuk yang hingga terasa di dalam bus.

Jalan untuk menuju ke Chan Forest berliku-liku dan menanjak karena memang lokasi yang digunakan untuk PPD kita kali ini berada di dataran tinggi dan sangat natural, jauh dari hiruk pikuk kota. Dalam kondisi yang gelap, bus melaju perlahan tapi pasti hingga sampailah ke depan gerbang villa Chan Forest. Ketika kita semua turun dan menginjakkan kaki, terasa jauh beda suasana selama di Jakarta dan disini.

Setelah sampai di Chan Forest, peserta memasukkan barang bawaan ke kamar masing-masing. Kebaktian malam pun dimulai dengan ciri khas Mahayana yaitu 2 orang pemimpin kebaktian yang mengenakan I Ching (jubah hitam) dan umat berdiri sambil melafalkan sutra. Kebaktian perdana ini berlangsung khidmat dan agak ˇ°sunyiˇ± karena beberapa peserta yang masih awam sehingga hanya sedikit membacakan sutra.

Pembimbing kita pun mulai mengisi kegiatan dengan banyak melakukan pembelajaran tentang dhamma dan meditasi yang dilakukan di keesokan paginya. Yang membuat bimbingan beliau menarik adalah banyak sekali sesi yang mengharuskan peserta untuk menganalisa diri mereka sendiri. Terlihat ekspresi lucu wajah peserta yang membayang-bayangkan seperti apa diri mereka. Setelah itu, analisa setiap peserta dibahas dan penjelasan tentang hal ini dikupas habis oleh Ko Jimmy sehingga pada akhirnya peserta dapat lebih mengenal diri mereka sendiri.

Kita juga diajak lebih mengenal beliau dengan ditampilkannya foto-foto pengalaman beliau selama 30 tahun menjadi aktivis Buddhist. Beliau sudah keliling dunia dan mempelajari berbagai tradisi dan ilmu Buddhist di berbagai belahan dunia. Di salah satu foto juga ditampilkan beliau berpose dengan Dalai Lama dan aktor terkenal Jet Lie. Dengan berbagai pengalaman dan eksistensi beliau selama berjuang menyebarkan dhamma, kita semua semakin yakin dengan kualitas beliau ?

Pada sesi terakhir bersama Ko Jimmy, kita membahas tentang kebenaran dari adanya dunia lain (salah satu sesi favorit para peserta). Sambil menceritakan berbagai pengalaman unik para peserta tentang hal-hal mistis, Ko Jimmy menjelaskan kebenaran dari cerita tersebut dilihat dari sudut pandang kita sebagai umat Buddhist. Pada malam hari sebelum kepulangan beliau, kita melakukan foto bersama Ko Jimmy dan penyerahan sertifikat kepada beliau oleh Kapanpel. Ko Jimmy mengucapkan terima kasih dan beliau pulang keesokan paginya. 2 hari 1 malam bersama Ko Jimmy benar-benar berkesan!

Keesokan harinya, pembimbing kita selanjutnya adalah Suhu Neng Xiu. Beliau tiba di Chan Forest pukul 5 subuh dan kita langsung mengambil attasila yang dipimpin beliau. Selama proses pengambilan sila berlangsung, para peserta mengenakan kemeja putih dengan setelan celana panjang hitam. Setelah itu, dilanjutkan dengan kebaktian pagi. Pada kebaktian kali ini peserta sudah mulai terbiasa melantunkan sutra sehingga sudah tidak sesunyi kebaktian sebelumnya. Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan sesi foto bersama Suhu.

Setelah itu, Suhu Neng Xiu langsung memberikan dhamma class dengan menampilkan video kehidupan monastri dalam ajaran Mahayana. Kita mendapat banyak ilmu dari tayangan tersebut, khususnya tentang ajaran Buddha Mahayana yang masih awam diantara peserta. Kegiatan dilanjutkan dengan makan siang bersama. Doa pembuka dipimpin oleh Suhu Neng Xiu dan diawali dengan 3 suapan pertama sambil membacakan doa, baru kegiatan makan dilakukan. Setelah makan siang, Bao Xiang adalah agenda selanjutnya para peserta. Bao Xiang adalah kegiatan berjalan santai setelah makan yang bertujuan untuk membuat makanan cepat turun dan merilekskan tubuh kita. Tidak lupa beliau membawa Pedang Kebijaksanaan / Da Ban yang dipukul ke peserta yang tidak berkonsentrasi dalam melakukan Bao Xiang. Setelah itu, peserta melanjutkan kegiatan dengan tidur siang. Tidur siang adalahsalah satu kebiasaan yang selalu diterapkan dan dipraktikkan di kehidupan monastri Mahayana.

Kegiatan selanjutnya diisi dengan dhamma class oleh Suhu Neng Xiu. Pada kesempatan kali ini kegiatan berlangsung terbuka karena peserta bebas menyampaikan pertanyaan dan akan dijawab dengan Suhu. Terlihat canda tawa pada saat kegiatan berlangsung karena pembimbing kita yang humoris. Hari ini ditutup dengan kebaktian malam yang juga dipimpin oleh Suhu.

Keesokan harinya, seperti biasa dilakukan kebaktian pagi dan dilanjutkan dengan sarapan. Selesai membacakan doa pembuka makan, peserta dengan lahap menyantap makanan dengan berkesadaran. Kegiatan selanjutnya adalah bermeditasi di pendopo. Meditasi berlangsung kurang lebih sekitar 1 jam. Meditasi bersama Suhu Neng Xiu menyenangkan karena diakhir sesi diisi dengan peregangan dan pembahasan mengenai meditasi yang pastinya dibumbui dengan pembawaan Suhu yang humoris.

Kita juga sempat diberikan buku karangan beliau yang berisi berbagai kalimat kutipan dhamma yang penerapannya dapat dilihat di kehidupan sehari-hari. Setelah itu kita melakukan sesi tanda tangan buku oleh beliau dan dilanjutkan dengan coffee break. Pada malam harinya, kita menonton sebuah tayangan film korea berjudul Hi Dharma yang menceritakan biksu hutan yang melakukan perjalanan ke kota Seoul. Film yang mengocok perut ini juga sarat akan nilai moral yang patut diteladani. Malam ke-4 ini pun ditutup dengan penyerahan sertifikat kepada Suhu Neng Xiu oleh kapanpel dan kepada masing-masing peserta oleh beliau. Tidak lupa juga sesi foto bersama dilakukan dengan berbagai macam gaya.

Di hari terakhir PPD, bertepatan dengan hari ulang tahun Dhammasena yang ke-30. Dari bidang pembinaan ternyata sudah menyiapkan kue dan snack dari jauh hari yang sudah disajikan di ruang makan. Pada kesempatan kali ini, kita juga pergi ke Picnic Park. Perjalanan ke Picnic Park ditempuh sekitar 15 menit dengan berjalan kaki dari Chan Forest. Tempat yang sangat sejuk dan nyaman ini dimanfaatkan dengan bermain games dan bersenang-senang.Kegiatan PPD ke-30 ditutup dengan menyanyikan lagu Happy Birthday dan Mars Dhammasena yang dinyanyikan dengan khidmat dan semangat oleh setiap peserta. Semoga di umur Dhammasena yang ke-30 ini kita dapat mempertahankan eksistensi dan semakin semangat dalam menyebarkan dhamma sesuai dengan nama Dhammasena yang berarti pejuang dhamma.